Surabaya – Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Provinsi Jawa Timur (Diskop UKM Jatim) memiliki berbagai upaya untuk membuat Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Jawa Timur naik kelas.
Penjelasan tersebut disampaikan oleh Kepala Bidang Produksi dan Restrukturisasi Usaha Diskop UKM Jatim Susanti Widyastuti, dalam podcast milik Kominfo Jatim bertajuk ‘UMKM Naik Kelas, Kesejahteraan pun Meningkat’ episode 18.
“Semua UKM maupun UMKM di Jawa Timur dibina di bawah Diskop UKM Jatim, lalu naik kelas. Dari Usaha Kecil Menengah atau UKM, ke UMKM atau mikro dan naik kelas lagi. Diskop UKM Jatim berusaha memfasilitasi dan bersinergi dengan Diskop UKM Kabupaten / Kota se- Jawa Timur, untuk mengembangkan UMKM supaya naik kelas,” jelas Susanti, dikutip dari Podcast Kominfo Jatim, pada Rabu (19/6/2024).
Susanti menerangkan, fasilitas binaan dan pendampingan tersebut dapat diperoleh secara gratis, dan persyaratannya hanya berdomisili ataupun memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) Jawa Timur.
“Kuncinya berdomisili dan ber-KTP Jawa Timur maka fasilitas itu akan diperoleh. Kami memberikan berbagai macam fasilitas mulai dari kelembagaan, aspek peningkatan kualitas SDM, kualitas produk, dan merek,” terangnya.
Untuk mendapatkan pendampingan merek produk dari Diskop UKM Jatim, Susanti mengungkapkan, persyaratan pendampingan adalah harus memiliki produk terlebih dahulu, (Nomor Induk Berusaha (NIB), KTP, dan mendaftar di flyer Diskop UKM Jatim. “Namun kembali lagi, karena gratis maka banyak yang mendaftar,” ujar Susanti.
Selain merek, Susanti menuturkan, Diskop UKM Jatim juga membantu peningkatakan kapasitas SDM pelaku UMKM berupa kegiatan workshop dan pelatihan.
“Kami juga mengedukasi UKM pentingnya keamanan pangan, memberi pendampingan branding, setiap bulan konsultasi desain kemasan di pusat pengembangan bisnis,” tutur Susanti.
Untuk naik kelas, Susanti menilai, bagi UKM ada proses kuras supaya bisa masuk ke pasar modern dari tradisional.
“Untuk masuk pasar modern harus melalui proses kuras untuk UKM supaya naik kelas, dilihat bisa masuk pasar mana, tradisional, atau modern. Pemasaran online landing page, pemasaran produksi melalui medsos. Kami juga mengadakan pelatihan bisnis untuk melihat potensi pasar dan pesaing. Melalui fasilitasi itu semua antusiasme pelaku UMKM angat senang,” tukasnya.
Susanti menyebutkan, jumlah UMKM di Jawa Timur ini ada 9,78 juta, sehingga kontribusinya sebesar 59,18% terhadap PDRB Jatim atau setara 1,748 triliun Rupiah.
“Kontribusinya meningkat setiap tahun, karena tahun sebelumya pada 2023 sebesar 58,36% artinya ada peningkatan,” sebutnya.
“Jumlah Koperasi ada 22.009 koperasi yang masih aktif, dengan SHU-nya 1,28 triliun. Dan anggotanya 4,53 juta, UKM usaha mikro 99,5%, dan usaha kecilnya 0,5%,” sambung Susanti.
Susanti mengatakan, daerah yang paling banyak memiliki UKM adalah wilayah Surabaya, Sidoarjo, dan Malang yang sebagian besar memiliki usaha makanan minuman.
“Paling banyak di UKM usaha kecil 0,23% Usaha mikro 99,74%. Pada tahun 2024 sudah 500 UKM. Sehingga ditargetkan pada 17 oktober 2024 semuanya harus punya sertifikat halal,” bebernya.
Pada tahun ini, Susanti mengungkapkan, Diskop UKM Jatim juga berencana membangun kawasan halal yang di dalam kawasan itu semua produknya sudah tersertifikasi halal.
“Kami sedang dalam proses membangun kawasan halal di Kabupaten Tulungagung. Lalu ada juga Cluster Halal di Nganjuk dan Sidoarjo, yang bedanya cluster ini dalam cakupan lebih kecil bagian dari UKM yang produknya sudah halal. Proses untuk menjadikan produk halal,” ungkap Susanti.
Kepada seluruh pegiat UMKM, Susanti berpesan, supaya terus membangun semangat untuk berbisnis. “Kembangkan kreativitas dan inovasi tanpa henti, karena bisnis yang sukses dimulai dari usaha yang kecil, dan merupakan suatu proses untuk menjadi bisnis yang besar. Mari kita gaungkan terus kesadaran untuk menciptakan produk UKM agar semakin memajukan wirausaha yang sukses di Jawa Timur,” tutupnya. (Kominfo Jatim).