Bali – baru saja menyelenggarakan Impact Bootcamp, sebuah program intensif yang bertujuan membekali peserta dengan keterampilan inovasi dalam program pemberdayaan masyarakat melalui pariwisata berbasis komunitas, di Bali, pada 5-7 Juli 2024. Program ini fokus pada pemanfaatan budaya dan nilai lokal sebagai kekuatan wisata berbasis komunitas.
Dengan tema “Establishing Sustainable Tourism by Combining Local Values and Culture”, kegiatan ini diadakan di Desa Penglipuran dan Desa Aan. Kedua desa ini telah diakui sebagai Desa Berkelanjutan oleh Certified Tourism dan menerima penghargaan internasional dari UNWTO.
Peningkatan Pengetahuan dan Inspirasi
Founder & Direktur Socialimpact.ID, Rio Zakarias W, menjelaskan Impact Bootcamp ini bertujuan memberikan inspirasi dan meningkatkan pengetahuan peserta mengenai konsep pemberdayaan masyarakat yang berkelanjutan.
Rio berharap dengan kegiatan ini terbentuk ekosistem yang menciptakan dampak positif di lingkungan masing-masing peserta, baik dari perusahaan, yayasan, akademisi, social media influencer, maupun praktisi.
Eksplorasi Desa Wisata
Desa Penglipuran dan Desa Aan menjadi lokasi utama program ini. Desa Penglipuran, yang terletak di Kubu, Kecamatan Bangli, diakui UNWTO sebagai Desa Wisata Terbaik di Dunia pada 2023.
Desa ini terkenal dengan arsitektur tradisional, hutan bambu, dan budaya Bali yang kental. Semua tenaga kerja di desa ini berasal dari penduduk setempat, mencerminkan praktik wisata berkelanjutan.
Desa Aan, di Kecamatan Banjarankan, Kabupaten Klungkung, juga diakui sebagai Desa Wisata sejak 2021. Desa ini memiliki potensi wisata alam berupa perbukitan, persawahan, air terjun, dan sungai. Selain itu, terdapat juga potensi agro-ekowisata seperti budidaya madu kele, pertanian tradisional, dan museum seni.
Empat Aktivitas Kunci
Socialimpact.ID merancang empat aktivitas kunci: Inspirasi dan Impact Talks, Village Walks, Atraksi Budaya, dan Experience. Peserta diajak mengunjungi potensi alam desa, mengenal kekayaan budaya melalui atraksi Barong Macan dalam “Panglipuran Village Festival”, dan menikmati “authentic dinner” di Desa Penglipuran.
Tanggapan Positif Peserta
Dodi Kurniawan Wibowo dari Bumdes Ramah Sejahtera Desa Ngale, Paron, Ngawi, mengaku semakin paham pentingnya kearifan lokal untuk pengembangan wisata berkelanjutan.
Sementara Alfa Rullyanto, CEO Sinergie Enterprise, mencatat bahwa hasil dari bootcamp ini selaras dengan tujuan menciptakan ekosistem berkelanjutan bagi generasi masa depan Indonesia.
Peran Budaya dan Local Value dalam Wisata Berkelanjutan
Dalam sesi Inspirasi dan Impact Talks, peserta mempelajari keragaman tradisional Bali, arsitektur, dan kuliner lokal. Materi disampaikan oleh Gede Kresna dan Ayu Gayatri dari Rumah Intaran, Ni Kadek Putri A dari Pratisara Bumi Foundation, I Wayan Budiarta, kepala desa adat Penglipuran, dan Maria R Nindita Radyati, PhD, Founder dan Presdir Institute for Sustainability and Agility (ISA).
Komitmen pada Pariwisata Berkelanjutan
Impact Bootcamp ini juga menekankan pentingnya meminimalisir dampak negatif pariwisata dan memaksimalkan manfaat positifnya, termasuk menjaga keanekaragaman hayati dan mendorong wisatawan untuk bertindak secara bertanggung jawab.(Dia)