Jakarta – Pengasuh Pondok Pesantren Abdurrahman Wahid Sokotunggal, Jakarta Timur, Nuril Arifin Husein atau akrab disapa Gus Nuril, mengajak masyarakat untuk meneladani sikap almarhum Gus Dur dalam memposisikan lawan politik.
Ajakan ini disampaikan dalam acara Silaturahmi Kebangsaan bertajuk “Mengenang Guru Bangsa Gus Dur” yang diadakan di Gedung MPR RI, Senayan, Jakarta pada 13 Desember 2024. Acara ini dihadiri oleh berbagai tokoh, termasuk Gus Muhaimin dan Rusdi Kirana, yang turut mengenang jasa dan pemikiran Gus Dur.
Gus Nuril menekankan pentingnya sikap saling menghormati di tengah perbedaan. Ia mengingatkan bahwa Gus Dur, meskipun memiliki pandangan politik yang berbeda dengan Presiden Soeharto, tetap menunjukkan rasa hormat dan penghargaan kepada lawan politiknya.
“Gus Dur pernah mengatakan, Dia musuh utamanya Pak Harto, hanya itu. Musuh saya yang paling seimbang hanyalah Pak Harta,” ungkap Gus Nuril.
Gus Nuril Pengalaman pribadi saat diajak Gus Dur berkunjung ke kediaman Pak Harto menjadi contoh nyata dari sikap tersebut. Dengan sedikit heran, Gus Nuril pun mempertanyakan sikap Gus Dur itu. “Loh, Pak Harto lak sing musuhi jenengan Gus?” Tanyanya heran.
Menanggapi pertanyaan tersebut, Gus Dur dengan penuh kebijaksanaan menjawab, bahwa Pak Harto harus tetap dihormati. “Iya, tetapi Pak Harto orang yang tertua di Indonesia, kita harus menghormati beliau.”
Lebih lanjut, Gus Nuril menjelaskan bahwa Gus Dur tidak hanya melihat lawan politik sebagai musuh, tetapi juga sebagai sesepuh dan negarawan.
“Gus Dur menunjukkan bagaimana cara menempatkan Pak Harto sebagai sesepuh, bagaimana menempatkan Pak Harto sebagai negarawan, pemimpin bangsa, tidak ada duanya,” tambahnya.
Menutup sambutannya, Gus Nuril mengajak semua peserta yang menghadiri kegiatan tersebut untuk bersalaman dan mengatakan bahwa semua adalah bersaudara. “Apapun agamamu engkau adalah saudaraku,” pungkasnya.
